Disdik Kepri : Ajarilah Anak Dengan Hati Yang Tulus

Tanjungpinang, IsuKepri.com – Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Kepri, Yatim Mustafa menyampaikan saat membuka Work Shop terhadap guru pendamping untuk mengajar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), agar mengajari anak dengan hati yang tulus.

“Untuk para guru pendamping dalam acara Work Shop ini, ajarilah anak – anak ABK ini dengan hati yang tulus dan bersungguh – sungguh. Kalau tidak ada rasa cinta pada diri kita, janganlah menjadi guru apalagi mengajar anak – anak autis yang kekurangan ini,” pinta Yatim kepada guru – guru pendamping tersebut, Sabtu (15/3).

Yatim menceritakan, dulunya waktu kunjungan Gubernur ke tempat anak – anak autis, saat itu gubernur langsung menangis dan megeluarkan air mata. “Sewaktu itu juga Gubernur menegaskan, apapun yang diminta anak autis segera penuhi, mulai dari sarana  prasarananya, perlengkapannya dan lainnya harus dipenuhui,”  kata Yatim.

Ia mengatakan, dalam pendidikan, bagi anak – anak dan khususnya anak – anak ABK yang sangat penting karena diatur berdasarkan UUD pasal 31 tahun 1945, yang mengatakan setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang – Undang.

Kemudian, negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang – kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Dan pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai – nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Untuk itu, kata Yatim menjadi guru bukan hal yang mudah, apalagi guru pendamping. Namun tujuannya sama hanya teori yang berbeda. Apalagi kalau untuk anak autis tersebut perlu kesabaran.

“Khusus bagi guru dalam mendidik kalau tidak ada prinsip manusia dan memanusiakan, maka janganlah menjadi guru apalagi guru pendamping. Kalau tidak ada prinsip seperti itu atau kalau tidak ada rasa cinta pada diri kita, janganlah menjadi guru apalagi mengajar anak – anak autis yang kekurangan, ucap Yatim.

Namun untuk menciptakan pendidikan guna kemajuan khususnya pendidikan anak ABK, sambung Yatim, sekarang sudah ada sekolah autis center di Batam.

“Kemarin ada rencana kami minta sekolah Autis Center di Tanjungpinang, namun terkendala masalah lahan yang tidak ada di Tanjungpinang. Dan terpaksa kita bangun di Batam yang dibiayai oleh APBN. Namun sekarang terkendala tenaga guru pendamping, Maka itu, kita perlu mengadakan Work Shop ini,” ujar Yatim.

Terpisah, Ketua Pelaksana Kegiatana ABK, Mardiana mengatakan, ABK juga harus mendapatkan pendidikan yang layak. “ABK mempunyai kelebihan dan mempunyai kebutuhan yang tersendiri. Jadi untuk melaksanakannya harus ada fasilitas bagi ABK ini, khususnya untuk guru pendamping, katanya.

Karena, kata dia, tujuanya untuk memberi bekal pemahaman bagaimana malaksanakannya. Sedangkan dalam acara Work Shop tersebut, pesertanya ada sekitar 200 orang dari 7 kabupaten/ kota yang terdiri dari guru pendamping, dari sekolah luar biasa, mahasiswa dan para orang tua abk se – Provinsi Kepri. (AFRIZAL)

Alpian Tanjung

Read Previous

Dahlan Harapkan Pelaksanaan Kampanye dan Pemilu Kondusif

Read Next

‘Keris Award’ Menuju Masyarakat Berseni Dan Berbudaya