Gadis Malang Mencari Jalan Pulang

Oleh SAUD MC

Jurnalis IsuKepri

Panasnya terik di Sabtu (3/8) siang, terlihat seorang Gadis yang mengenakan kaos oblong berlengan panjang berwarna hitam putih sambil menyandang sebuah tas hitam di dadanya. Gadis itu diperkirakan berusia sekitar 14 tahun dan ia tidak tau siapa dirinya itu terus berjalan pelan – pelan sekitaran pertokoan Bintan Centre Km 9 Tanjungpinang. Namun, dari bibir keringnya terucap, ia ingin pulang.

Begitulah yang terakhir diucapkannya ketika melangkahkan kakinya disekitaran jalan pertokoan tersebut. Namun, pada hari yang sama, ketika itu, waktu masih menunjukan pukul 08.00 WIB gadis belia itu secara tidak sengaja, terlihat oleh Isukepri, di pelabuhan Sri Bintan Pura sambil mengenakan celana putih pendek bermotifkan bunga yang kusam.

Ia berjalan menyusuri pinggiran pertokoan sambil menjinjing sepasang sepatu miliknya, dan tanpa disadari luka dikakinya sudah mengeluarkan darah yang sudah tak ia rasakan lagi betapa pedihnya luka itu.

Rambutnya yang acak – acakan dan warna kulit kecoklatan tersebut, menjadi perhatian mata masyarakat di setiap ia melintas. Bahkan, banyak yang menudingnya sebagai seorang gadis belia yang menyandang masalah sosial.

Jika dilihat dari raut wajah dan perilaku gadis malang itu yang berjalan sambil menyandang tas hitam yang tersangkut di pundaknya, seolah – olah menggambarkan suatu beban hidup yang tak ingin diungkapkannya, atau mungkin tak mampu untuknya mengungkapkan betapa berat dan pahitnya beban yang ia pikul.

Setengah hari menapakkan kaki tanpa alas, ia kembali ditemukan dalam kondisi bersedih, terlihat jelas, mata merah dan bekas aliran air mata, membekas di pipinya.

Tanpa bisa menyebutkan nama, ia dijemput oleh seorang satuan Polisi Pamong Praja di Bintan Center, tepatnya di belakang Swalayan Welcome. Namun derita tetaplah suatu derita, tanpa ada yang peduli.

Mendengar kabar dari sang satpol, yang mengenakan jaket agak kehitaman, ia mangatakan, kalau gadis tersebut sudah pernah diamankan tiga hari yang lalu.

Bermula, ketika ia ditemukan di jalan pasar ikan, yang ketika itu kondisinya masih sama seperti sekarang ini.

“Pertama, warga pasar ikan mengantarnya ke pos Satpol PP di depan jalan pelantar KUD,”ujar Seorang Satpol PP, Supriadi.

Dari situlah, hingga sekarang ini, ia sudah melarikan diri sebanyak tiga kali, dengan alasan sederhana yang keluar dari mulutnya ketika ditanyakan, ia ingin pulang.

Ternyata, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, karena begitu diamankan pihak satpol ketika itu dan dibawa ke beberapa tempat penampungan, ia ditolak dengan alasan pihak penampungan banyak yang memiliki bidang berbeda.

Diantaranya Rumah Singgah Engku Puteri milik Pemerintah Priovinsi Kepri, dengan alasan, keberadaanya di rumah singgah tersebut dikhawatirkan bisa mengganggu kenyamanan dua balita yang merupakan korban retaknya keutuhan keluarga.

Lalu, diantar di Rumah Bahagia Embung Fatimah milik Pemko Tanjungpinang, ia pun kembali ditolak oleh pengelolan rumah panti jompo tersebut, dengan alasan, rumah singgah itu hanya untuk para lansia dan bukan untuk anak terlantar.

Semetara, pihak Satpol PP yang ketika itu berjumlah tiga orang mencoba menghubungi kadis Sosial dan Tenaga Kerja Tanjungpinang, namun sang kadis, malah tidak menjawab dan mungkin tidak menyentuh sedikit pun seluler yang dimilikinya ketika dihubungi pihak satpol PP untuk meminta rujukan tempat singgah buat sang anak malang.

“Dari mulai ia ditemukan hingga sekarang, ia belum tersentuh dengan pihak Dinsosnaker Tanjungpinang sebagai penanggung jawab untuk hal seperti ini,” imbuh Supriadi yang ketika bertugas sedang melaksanakan ibadah puasa tersebut.

Melihat kesulitan para satpol PP yang mencoba mencarikan tempat berteduh untuknya dari sisi hitamnya kota, tiba – tiba gadis malang mengeluarkan ucapan yang spontan dari mulutnya.

“Udah lah pak, saya bisa pulang sendiri,” ucapnya sambil meneteskan airmata. (*)

Alpian Tanjung

Read Previous

Gubernur Minta Pelindo Perhatikan Kenyamanan Penumpang

Read Next

Kolonel Inf B. Zuirman Jabat Danrem 033/ WP