Harapkan Berkah Ramadhan Dalam Pilpres 2014

MUH. ARIFIN

Ketua BEM FE UMRAH

Ketua Ikatan Alumni 4 Pilar MPR – RI dan HMI

Opini, IsuKepri.com – Pemilihan presiden dan Wakil Presiden merupakan momentum yang ditunggu – tunggu seluruh masyarakat Indonesia. Karena, inilah bagian dari proses demokrasi kita untuk melahirkan ataupun jalannya pemilihan orang nomor satu di Indonesia.

Dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden nanti, tentunya harapan seluruh rakyat Indonesia adalah terpilihnya pemimpin yang dapat membawa Indonesia menjadi negara yang lebih baik dan rakyatnya bisa lebih sejahtera. Hal itu merupakan, suatu cita – cita yang jelas dan sudah ditorehkan dalam ideologi negara kita pada 5 dasar negara kita atau Pancasila dan dipertegas lagi dalam pembukaan UUD 1945.

Selain itu, Negara kita sudah merdeka sekitar 68 tahun lebih, namun belum tampak jelas cita – cita itu tercapai. Bahkan di akhir – akhir ini Indonesia semakin terpuruk dengan semakin menurunnya nilai – nilai moralitas yang kita junjung tinggi di negara kita.

Kita dapat melihat pemimpin yang diamanahkan oleh rakyat, tidak lagi menjunjung tinggi nilai – nilai dasar pancasila dan tidak lagi mematuhi aturan main negara yang sudah ada. Korupsi misalnya, ini jelas menodai nilai – nilai dasar dan UUD 1945.

Pancasila pada Ketuhanan yang Maha Esa

Ketuhanan yang Maha Esa sesunggunya mempunyai nilai – nilai penting yang harus dijunjung tinggi, karena ini menjadi pondasi dalam menjalankan dan dalam mencapai kesejahteraan sebagaiamana cita – cita bangsa kita. Indonesia begitu luas jika dengan sistem pengawasan yang masih sangat terbatas dan lemah, tentu akan sulit mengawasai roda pemerintahan agar dapat berjalan dengan baik.

Oleh sebab itu, nilai – nilai dasar pada Pancasila yakni Ketuhanan yang Maha Esa harus tertanam mendalam dalam jiwa setiap insan, harus tertancap kepada seluruh isi rakyat Indonesia bahwa mereka punya tuhan dan mereka akan pasti dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang diberikan kepadanya apabila ia melakukan penyelewengan kekuasaan, korupsi, suka tidak masuk jam kerja atau hal – hal lainnya.

Semua itu akan mengantarkan mereka menuju kedalam api neraka jahanam. Nilai – nilai ketuhanan juga menjadi sangat penting, karena ini berkenaan soal keyakinan dan jika kita larikan kepada perspektif agama, bahwa pasti sudah ada aturan – aturan jelas dan mendasar yang digariskan dalam setiap agama yang mereka anut. Dan aturan – aturan dalam setiap agama, tentu sudah lebih jelas dan rinci menjelaskan aturan mainnya seperti apa dan bagaiamana sebenarnya jabatan itu, apakah hanya sekedar pangkat, sebuah gelar sehingga suka – suka menjalankan jabatan yang ia diproleh itu.

Seharusnya, memang nilai – nilai agamalah yang harus tertanam terlebih dahulu kepada setiap orang apalagi jika ia ingin menjadi pemimpin atau wakil – wakil rakyat dalam proses pemerintahan kita. Kenapa ini penting, karena nilai – nilai agamalah yang akan menjadi benteng terkuat dalam menghadapi setiap cobaan – cobaan yang ingin menyeret kita kedalam lembah maksiat.

Seperti halnya yang telah mengecewakan kita, dan dapat kita lihat buruknya hasil pemilihan Anggota Legislatif kemarin. Tentunya, kita tidak menginginkan ini terjadi lagi dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada pemilihan yang tinggal menghitung hari.

Sementara, berdasarkan yang dikutip dari JAKARTA (Pos Kota) pada 07.00 – 5 juli 2014, MK menerima sebanyak 702 perkara yang diajukan oleh partai politik (parpol) dan calon anggota legislatif (caleg) Dewan Perwakilan Daerah (DPD) terkait dengan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU). Sumber http://poskotanews.com/2014/05/15/parpol-adukan-702-perkara-ke-mahkamah-konstitusi/ . Akan hal itu, kita sebagai warga negara Indonesia, tidak mau seperti itu terjadi. Negara kita menjunjung tinggi nilai – nilai moral, negara kita bukan negara yang amoral, negara kita punya landasan hukum yang jelas, negara kita harus dipandang terhormat dimata dunia. Negara kita tidak ingin menghasilkan sebuah pemimpin bangsa yang dihasilkan oleh pemilihan yang tidak netral, tidak jujur dan tidak bersih yang penuh dengan kebohongan, karena jika ini yang terjadi akan berdampak pada kualitas pemimpin yang kita pilih. Jika prosesnya baik, maka hasilnya juga akan baik.

Yang lagi, ketika pemilihan anggota legislatife kemarin, ternyata angka golput memiliki persentasi yang masih tinggi, bahkan yang lebih menarik lagi ternyata angka golput lebih tinggi dari perolehan suara partai yang tertinggi hasil pemenang pemilihan kemarin. Pemilih pada pemilu legislatif ini mencapai 75,11 persen. Perolehan angka tersebut, maka tingkat golput mencapai 24,89 persen. Angka tersebut ternyata lebih tinggi dengan perolehan suara partai tertinggi yakni hanya 18,95 persen. Tentu ini menjadi tanda tenya besar kepada kita semuanya, ada apa, kenapa ini bisa terjadi terhadap angka golput yang meningkat.

Padahal, mereka juga warga negara kita, mereka juga telah diberikan kesempatan yang sama untuk memilih, apakah ini akibat sudah melunturnya nilai – nilai kepercayaannya kepada pemimpin – pemimpin saat ini, karna mungkin asumsinya seperti ini memilih atau tidak hasilnya sama saja dan tidak ada perubahan yang didapatkan. Tentunya, asumsi ini tidak kita inginkan hingga membudaya lebih dalam lagi kepada seluruh warga negara kita.

Untuk itu, kita ingin menghasilkan pemimpin yang baik maka gunkanlah hakpilih yang sudah diberikan dan pilihlah pemimpin yang dapat kita percaya dan amanah. Selain itu, perlu juga untuk kita ketahui, memilih atau tidak tetap akan ada dan akan tetap lahir seorang pemimpin dari proses pemilihan ini. Jika ada sebuah kekecewaan atas pemimpin – pemimpin yang kemarin, maka pertanyaannya, apakah saudara hanya sekedar memilih saja ?, sudahkah saudara berdo’a untuk diberikan pemimpin yang baik ?. Saya merasa hal ini masih terlupakan oleh masyarakat Indonesia saat ini.

Memilih pemimpin yang kita harapkan dan dapat memperjuangkan hak – hak kita selama 5 tahun, tentu waktu yang cukup lama. Kenapa kita tidak berdo’a terlebih dahulu sebelum kita lakukan proses pemilihan agar kita dapat diberikan petunjuk, sehingga kita tidak salah pilih, atau kenapa kita tidak mendoakan pemimpin yang sudah kita pilih setiap saat agar pemimpin tersebut dapat dibentengi oleh lantunan do’a – do’a kita dalam menjalankan tugasnya.

Dan saya merasa ini belum kita lakukan. Dan ini harus kita mulai dan kita lakukan pada pemilihan 9 Juli 2014 nanti. Karena, kita punya harapan besar untuk menghasilkan pemimpin yang lebih baik pada pemilihan nanti. Sebab, Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden kali ini, bertepatan pada Bulan Suci Ramadhan yakni tepatnya pada Rabu 9 Juli 2014 dan tepatnya 11 hari puasa.

Semoga, pemilihan di bulan yang suci ini, dapat pula menghasilkan pemimpin yang sesuai kita harapkan. Melalui momentum Ramadhan kali ini, kita berharap agar pemilihan kali ini tidak lagi kita temukan pelanggaran – pelanggran seperti pemilihan anggota legislatif kemarin. Karena, bagi kaum muslimin yang mungkin sebelumnya terlibat dalam pelanggaran – pelanggaran atau melakukan kecurangan akan terbentengi dengan berkah Ramadhan ini.

Berkah Ramadhan ini juga, kita harapkan dapat membentengi diri setiap pemilih terutama yang muslim, sehingga pada pemilihan nanti persentasi kecurangan kita optimis akan lebih sedikit, walaupun pasti akan ada saja kecurangan. Dengan bermodalkan kesucian dan keimanan yang tinggi dan proses yang baik dalam pemilihan 9 juli nanti, kita harapakan dapat melahirkan pemimpin baru yang lebih baik, pemimpin yang dapat mengayomi seluruh rakyat Indonesia dan mengantarkan Indonesia ke era emas gemilang sesuai dengan cita – cita kita semunya. Aamiin yarobbal alamin. (*)

Opini ini merupakan kiriman dari seorang Mahasiswa FE UMRAH Tanjungpinang, Muh. Arifin.

HP          : 081991290470

Alpian Tanjung

Read Previous

Lurah Sei Lekop Tegur Pelaku Pembakar Limbah

Read Next

Piala Dunia 2014 : Argentina vs Belgia 1-0