Islam dan Nasionalisme

Ust. Rizaldy Siregar, S.Ag., MA

Pimpinan Forum Pemberdayaan Pesantren Kepulauan Riau

Dengan kondisi yang sudah carut-marut ini kita harus mencari solusi bagaimana Islam di Indonesia tetap harmonis tanpa mengikis nilai-nilai nasionalisme. Ada relasi yang solid antara agama dan nasionalisme, khususnya Islam di Indonesia karena nilai nasionalisme telah dijunjung tinggi oleh para ulama (pendiri bangsa). Apakah pantas jika kita melakukan penetrasi atau penggeseran secara frontal hal itu, dengan dalih agama yang sesungguhnya kita belum paham betul substansinya.

Melihat kondisi di atas, pastinya akan berdampak buruk pada eksistensi dan citra Islam di Indonesia, terutama akan memperkeruh persatuan bangsa, menimbulkan konflik, serta simpati masyarakat terhadap Islam (pengikisan nilai cinta damai dalam Islam). Padahal, Rasullullah selalu mengutamakan prinsip kedamaian, toleransi, keharmonisan budaya dan kesantunan dalam berdakwah. Oleh karena itu, penulis menawarkan beberapa solusi alternatif untuk mengembalikan konsep harmonisasi Islam dalam bingkai keindonesiaan.

Pertama, konsep kembali ke khittah perjuangan Islam yang harmonis dengan pembangunan karakter dan nilai-nilai bangsa Indonesia, seperti yang diajarkan oleh Walisongo.

Dalam konsep dakwahnya, Walisongo selalu hormat, santun, toleran, terbuka, sederhana, dan juga adaptif terhadap budaya-budaya lokal sehingga tidak bertindak anarkis dengan bom, kekerasan, bahkan kekuatan senjata untuk menghapus NKRI. Konsep dakwah Walisongo inilah yang bisa dapat menanamkan ajaran Islam secara masiv tetapi juga dapat menyatukan rakyat tanpa melupakan nasionalisme, tidak banyak bencana dan pertumpahan darah seperti sekarang ini.

Sikap nasionalisme ini juga merupakan suatu bentuk tanggung jawab untuk menjamin masa depan bangsa agar tetap berjalan sesuai dengan budaya dan tradisi lokal yang beragam namun tetap sesuai dengan misi ajaran Islam sesungguhnya. Walisongo pun menyadari kalau perbedaan itu hanya dalam ranah lahiriah saja dan sebetulnya substansinya hanya satu dan universal, yakni kepada Tuhan YME.

Kedua, melalui dialog kebangsaan dan agama menggunakan hikmah yang rasional, konstruktif, dan inovatif untuk mencapai tujuan paling baik.

Tidak sekedar memprovokasi dan menjustifikasi umat sehingga menganggap penafsirannyalah yang paling benar karena bertumpu pada Al-Qur’an dan Hadits.

Ketiga, menanamkan jalan damai dalam konteks keberagamaan dan kehidupan sosial.

Kenapa harus memilih perdamaian? Karena perdamaian merupakan titik tertinggi peradaban manusia. Allah pun memiliki sifat maha damai dan Rasul pun telah mempraktekkan hal tersebut.

Ketiga tawaran konsep di atas setidaknya dapat memantapkan jalinan ukhuwah yang merupakan tujuan dari persatuan dan kesatuan bangsa, baik dalam ukhuwah ‘ubudiyyah, antar sesama makhluk yang tunduk kepada Allah, ukhuwah insaniyyah atau basyariyyah, antar sesama manusia secara keseluruhan, termasuk laki-laki dan perempuan yang berkelompok, serta ukhuwah wathaniyyah, antar sesama warga negara yang dibingkai dalam ideologi Pancasila dan UUD 1945 di Negara Indonesia ini, juga ukhuwah diniyyah, antar umat islam yang memiliki kesamaan dalam merepresentasikan misi ajaran islam yang rahmatan lil’alamin.

suprapto

Read Previous

Hasil Liga Inggris 2013/2014 Sunderland vs Liverpool 1-3

Read Next

Bedah Buku : Harmonisasi Beragama Mutlak di Wujudkan