Bedah Buku : Harmonisasi Beragama Mutlak di Wujudkan

Tanjungpinang, IsuKepri.com – Upaya untuk membangun sebuah harmonisasi kehidupan beragama adalah mutlak dilakukan. Hal ini perlu karena Indonesia adalah negara yang majemuk, yang terdiri dari berbagai suku dan agama. Keberagaman seyogyanya merupakan sebuah rahmat dan jangan menjadi jurang pemisah.

Sebagai sebuah negara yang memiliki penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia juga memiliki keragaman budaya, etnis, suku, dan agama. Kondisi ini memunculkan tantangan harmonisasi kehidupan dalam negara yang sangat serius untuk diperhatikan. Sejarah mencatat, sebelum Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia telah memiliki berbagai aliran kepercayaan seperti animisme, dinamisme, hindu dan budha yang lebih dulu mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia. Kehadiran Islam sebagai agama yang baru tentunya mendapatkan pertentangan yang keras dari masyarakat pribumi, karena Kehadiran Islam sendiri merupakan nilai baru bagi masyarakat Indonesia kala itu.

Berkat keindahan akhlaq para penyebar risalah Allah inilah yang kemudian mampu menumbuhkan simpati masyarakat pribumi. Nilai dan ajaran Islam disampaikan dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, toleransi, keteladanan, dan persatuan sehingga masyarakat memahami dan mencintai keindahan nilai Islam tersebut. Inilah faktor yang menyebabkan Islam secara sinergis dan harmonis masuk dan diterima di Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, keharmonisan Islam dalam diri bangsa Indonesia sudah mulai carut-marut dengan munculnya berbagai kelompok-kelompok fundamentalis yang sangat kental dengan sikap intoleran, agresif, ekstrem, dan radikal terhadap agama maupun pemeluk agama lain dengan berbagai alasan dan misi yang jauh berbeda dengan dakwah yang diwariskan oleh Rasullullah SAW dan para penduhulu penyebar agama di tanah air.

Begitulah secuplik resume buku yang di garap oleh Forum Pemberdayaan Pesantren Kepulauan Riau yang berjudul “Dakwah Santun, Wujudkan Masyarakat Tamadun”. Kepada IsuKepri.com, Rizaldy Siregar, Ketua FPP Kepri, disela-sela bedah buku yang di gelar di Kampus STIE Tanjungpinang, Minggu (29/9) mengatakan bahwa harmonisasi kehidupan beragama perlu dilakukan oleh semua pihak, apalagi Islam adalah agama yang sangat menjunjung nilai-nilai tolerasi dan perdamaian.

“Beberapa factor yang melatar belakangi lahirnya buku ini yakni merupakan respons terhadap munculnya berbagai kelompok fundamentalis dengan sikap intoleran, agresif, ekstrem, dan radikal terhadap agama lain maupun pemeluk nya dengan berbagai alasan,” ujarnya.

Selain itu, Rizaldy juga mengatakan bahwa munculnya berbagai aliran sempalan yang merobah dasar keyakinan suatu agama. Aliran yang memberikan pemahaman yang salah di tengah-tengah kemajemukan masyarakat Indonesia, perlu mendapatkan serius dari umat Islam.

“Islam adalah agama yang telah sempurna, maka tidak bolah ada yang menambah atau mengurangi,” ujarnya di hadapan ratusan mahasiswa.

Rizaldy juga menambahkan bahwa, kegiatan kekerasan serta aksi radikal sangat kontras dengan karakteristik dakwah yang diwariskan Rasullullah dan para penyebar agama di tanah air terdahulu yang soft, bijaksana, damai, toleran, penuh keteladanan, dan mengkedepankan persatuan.

“Perlunya menggaungkan kembali penerapan dakwah yang santun (bil Hikmah) sebagai wujud misi ajaran Islam yang rahmatanm lil ‘alamin. Banyak sekali dakwah secara radikal yang mengatas namakan dakwah Islamiyah, hal ini akan semakin memperburuk citra Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai perdamaian,” ujarnya.

Kegiatan yang di hadiri ratusan mahasiswa itu, juga menghadirkan narasumber pembanding yaitu Drs. H. Muhammad Idris DM. MM., MSi. Kehadiran pembanding ini, menjadikan suasana diskusi bedah buku semakin menarik. Idris DM mengatakan bahwa Allah SWT menobatkan umat Islam sebagai khairu ummah, sebaik-baik umat yang tampil di tengah-tengah manusia untuk dan untuk memperoleh kebahagiaan, mengimformasikan bentuk-bentuk kebajikan dan menghilangkan serta menghindarkan seluruh bentuk-bentuk kemaksiatan dan kemungkaran.

“Selaku hamba Allah, dituntut untuk menyampaikan dakwah dan melaksanakan amar ma’ruf, nahi ‘mungkar ditengah-tengah masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat; Allah menjelaskan tuntutan bagi seorang hamba untuk berdakwah dalam menyerukan kebenaran di dalam Al-Qur’an di antaranya AQS. Ali Imran : 104, AQS. An-Nahl :90, QS. At-Taubah 71,” ujarnya.

Idris juga mengatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menjadi faktor utama dalam membentuk wajah dunia di masa depan, dan ini lah yang menjadi hambatan dan tantangan yang harus di hadapi para Da’i pada masa sekarang dan masa depan.

” Para Da”‘i harus mampu melakukan pembenahan metode dan cara menyampaikan dakwah. Seperti menggunakan media teknologi iinformasi, jejaring sosial dan lain sebagainya,” ujarnya.

Berdakwah tidak seharusnya berpidato, dan berbicara didepan. Namun, memalui perbuatan baik kita dalaam kehidupan sehari-hari, itu juga merupakan dakwah secara tidak langsung.

aaIMG_0450
Drs. Muhammad Idris DM., MM., M.Si hadir sebagai pembanding dalam acara bedah buku “Dakwah Santun, Dakwah Rasululloh”

suprapto

Read Previous

Islam dan Nasionalisme

Read Next

SIAN MEI Sajikan Ayam Goreng Khas di Tanjungpinang