Banjir Lele Impor, Kadis KP2K \”Pura-pura\” Tidak Tahu

Kebutuhan lele di Kota Batam mencapai 298,5 ton per bulan. Sementara pembudidaya lokal hanya mampu memproduksi ikan lele sebesar 131 ton per bulan atau hanya sekitar 44%.

 

BATAM, IsuKepri.com — Kepala Dinas (Kadis) Kelautan, Perikanan, Peternakan dan Kehutanan (KP2K) Kota Batam, Suhartini mengaku tidak tahu beredarnya lele impor dari Malaysia yang membanjiri sejumlah pasar basah di Batam. Padahal dengan mudah bisa ditelusuri, darimana para pedagang mendapatkan pasokan lele yang dijual selama ini ke masyarakat.

“Kami tidak tahu ada lele impor dari Malaysia di Batam. Karena susah dibedakan antara lele lokal dengan lele asal Malaysia,” ungkap Suhartini, seolah tidak menguasai masalah.

Pernyataan Kadis KP2K Kota Batam ini seharusnya tidak asal meluncur jika ia mengacu pada data di Dinas KP2K. Ini semakin menguatkan dugaan adanya permainan yang dilakukannya dengan para “mafia” importir lele yang bisa mematikan peternak lele lokal.

Mantan Penyuluh Lapangan Dinas Kelautan Perikanan Peternakan dan Kehutanan (KP2K) Kota Batam Rudi Hendra mengungkapkan, kebutuhan lele di Kota Batam mencapai 298,5 ton per bulan. Sementara pembudidaya lokal hanya mampu memproduksi ikan lele sebesar 131 ton per bulan atau hanya sekitar 44%.

“Masih terjadi kekurangan hingga 167,5 ton ikan lele setiap bulannya yang akhirnya banyak dipenuhi dari lele impor seperti dari Malaysia,” ungkapnya dalam pelatihan budidaya ikan lele, beberapa waktu lalu.

Rudi Hendra menjelaskan, sebanyak 298,5 ton kebutuhan ikan lele ini dipenuhi oleh pasar-pasar dan koperasi lele di Kota Batam. Dimana dari pasar se Kota Batam mampu memenuhi sekitar 208,5 ton ikan lele per bulan atau 6.950 kilogram per hari. Selebihnya dipenuhi oleh koperasi lele, sebanyak 90 ton per bulan.

Tingginya lele di pasar-pasar di Kota Batam inilah yang sampai saat ini masih didominasi lele impor. Dibandingkan lele dari pembudidaya lokal, lele impor di pasaran jauh lebih murah, sehingga banyak dicari pembeli.

“Harga lele di pasaran banyak ditentukan oleh importir lele, karena jumlahnya lebih banyak dibanding lele lokal,” ujarnya. (eki)

iwan

Read Previous

Digrebek, Produsen Mie Berformalin Jadi Lahan Upeti

Read Next

Senin, FSPMI Aksi Solidaritas Kekerasan atas Wartawan