Mahasiswa Dan Reformasi Yang Kehilangan Arah

Reformasi telah berjalan 15 tahun, peran mahasiswa semakin  kabur dan semakin kehilangan arah. padahal mahasiswa merupakan kaum intelektual yang menjadi iron stock harapan bangsa ini. Ketika mahasiswa lupa akan tanggungjawabnya maka tunggulah kehancurannya. Jika kita melihat penomena sekarang kritisme mahasiswa itu semakin tidak kelihatan padahal dilingkungan mereka banyak permasalahan yang harus segera di selesaikan. Hal ini  disebabkan ada beberapa faktor sebut saja misalnya semakin minimnya minat baca di kalangan mahasiswa dan hilangnya budaya diskusi.

Ketika mahasiswa lupa akan tanggungjawabnya, makanya akan terjadi penomena yang kita rasakan saat sekarang ini, contohnya budak melahirkan hamba. Peran mahasiswa bukan hanya belajar di kampus, tetapi mahasiswa juga agen of change dan sebagai control social. Mahasiswa sekarang hanya meletakkan pikirannya kepada permasalahan atau hal-hal yang kecil, padahal pikirannya bisa menyelesaikan permasalahan yang besar.

Mahasiswa sekarang hanya terfokus pada bagaimana mendapatkan nilai yang bagus dan dapat menyusun tugas akhirnya saja. Padahal masih banyak masalah diluar kampus yang harus segera diselesaikannya. Efek dari pemikiran yang salah ini akan dirasakan ketika mahasiswa tersebut lulus dan saat mencari pekerjaan. Kenapa hal semacam ini terjadi? Jawabannya gampang saja, ketika seorang mahasiswa hanya memfokuskan pikirannya mencari nilai didalam bentuk angka-angka maka hasil yang didapatkannya hanyalah angka-angka saja. Hal semacam ini akan mengikuti hukum tabur tuai. Artinya apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai. ketika kita hanya mengejar angka saja dan mengesampingkan keahlian. Maka kita akan merasakan kesulitan ketika akan mencari kerja.

Mengemban status mahasiswa adalah perkara yang sangat berat, ketika kita paham peran dan tanggungjawab kita. Jika kita menoreh kebelakang, kebangkitan bangsa ini ditandai dengan pergerakan mahasiswa, seperti gerakan budi utomo 1908, sumpah pemuda 1928 sampai kepada reformasi 1998 yang mencetuskannya adalah mahasiswa. Tetapi kenapa penomena sekarang peran mahasiswa semakin tidak kelihatan?

Jawaban dari pertanyaan diatas karena mahasiswa lupa akan perannya sebagai agen of change dan sebagai kontrol sosial. Apa yang menjadi selogan kekuasaan adalah ditangan rakyat hanya tinggal kata saja. Mahasiswa sekarang seolah-olah kehilang visi besarnya, bagaimana membangun  bangsang yang labih baik.

Reformasi dicetuskan, karena pada saat itu mahasiswa merasa pemerintahan sangat  oligarki dan otoriter sehingga mahasiswa pada saat itu bersatu membangun kekuatan (people of power) meruntuhkan rejim yang berkuasa. Jika kita sadara gerakan mahasiswa pada tahun 1998 bukan bersatu begitu saja. Melaikan melalui perjalanan yang panjang dan membutuhkan proses serta perjuangan yang cukup berat. Pada saat itu mahasiswa bersatu karena mempunyai visi/ mempi besar bagaimana mengubah Indonesia yang lebih baik.

Setelah reformasi bergulir, banyak tokoh-tokoh mahasiswa angkatan 98 yang masuk didalam sistem dan menjadi bagian dari penguasa. Ada pendapat mengatakan jika kita ingin merubah sistem maka masuklah kedalam sistem tersebut dan berusahalah merubahnya. Permasalahannya pada hari ini tidak banyak perubahan yang dirasakan dari reformasi ini. Ada apa?

Menjawab dari pertanyaan diatas, menurut penulis saat ini belum ada tokoh atau sosok pejuang yang benar-benar mengabdi untuk bangsa ini. Jika seseorang mempunyai mental pejuang, dimana sajapun dia akan berjuang untuk kepentingan rakyatnya, baik itu diluar sistem maupun didalam sistem.

Budak Melahirkan Hamba

Saat ini zaman sudah berbalik, pemerintahan yang ada seharusnya melayani dan memakmurkan rakyatnya yang ada justru sebaliknya. Keyataannya para penguasa semakin kaya sementara rakyatnya semakin miskin. Artinya rakyat tidak berdaulat lagi.

Setelah reformasi berjalan 15 tahun, peran mahasiswa pun semakin kabur. Seolah-olah mahasiswa kehilangan arah dan tidak memiliki visi besar lagi. mahasiswa hanya sibuk dengan urusan kampusnya saja. Padahal banyak permasalahan bangsa khususnya daerah ini yang harus diselesaikan dan di pecahkan bersama.

Negara pada hari ini semakin memprihatinkan saja, banyak penomena yang sangat mempri hatinkan di negri kita ini, sebut saja maraknya praktek korupsi di segala lini, penegakan hukum yang sangat lemah dan samkin banyaknya praktik-praktek KKN lainnya. Tentunya hal ini telah mencedrai semangat reformasi yang sesungguhmya.

Negara ini adalah milik rakyat dan pemerintah, pemerintah digaji oleh rakyat melalui pajak yang dipungut pemerintah. Pemerintah yang di bangun dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat hanya hanya tinggal kata saja, karena pada hari ini yang dirasakan rakyat kata-kata untuk rakyat semakin jauh dari harapan.

Disinilah peran penting kita sebagai mahasiswa, bagaimana kita bersatu dan kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyatnya. Jika boleh penulis menganalogikan pemerintah dan rakyat itu seperti pembantu dengan majikan. Majikan menggaji pembantu yang bekerja kepadanya.

Pada hari ini asset-aset strategis bangsa ini telah dijual penguasa negri ini, mulai dari sember daya alam kita  seperti minyak bumi, tambang mas dan gas serta asset strategis lainnya  telah dikuasai asing. Jika pemerintahan dianalogikan antara rakyat dan pemerintah seperti majikan dan pembantu. Tentunya rakyat pasti akan marah.

Jika kita sebagai Mahasiswa yang katanya penyambung lidah rakyat, ketika rakyat menjerit dan kita diam saja. maka hukum alam akan berlaku, kita sebagai mahasiswa harus kritis dan memerankan peran kita sebagai control social. Jika kita diam saja hari ini maka dihawatirkan anak cucu kita kedepan lebih menderita lagi dari pada kita saat ini. Untuk itu mari tingkatkan perankita masing-masing. Salam Reformasi!!!

 

Tulisan ini sabagai bahan introfeksi diri penulis. Bosar Hasibuan

Alpian Tanjung

Read Previous

FKPRMI Gelar Seminar Keagamaan Di Al-Madani

Read Next

Harkitnas, Cipayung Gelar Dialog Refleksi