Sukasno, Petani sekaligus Pengusaha Kripik Singkong

Kripik Singkong dengan rasa yang guri dan renya, sudah menjadi camilan bagi warga Batam khusunya di masyarakatSagulung dan Batuaji. Kripik dengan nama Niki Eco milik Sukasno sudah puluhan tahun jadi makanan pilihan warga batam.

Kata Riadhoh Istri Sukasno, awal berbisnis kripik singkong itu, belajar dari pemiliknya terdahulu dan melanjutkan usaha itu sampai sekarang. Tahun 2004 Sukasno memegang usaha kripik dengan bahan ubi itu dengan modal Rp 700.

Uang itu untuk beli wajan, minyak goreng dan plastik, paparnya.

Menurut pengakuan Riadhah pelanggang saat (awal memulai usaha) cukup banyak. Sehingga produksi atau pembuatanya setiap hari bisa 2000 pisit (bungkus) dan dijual Rp 800 per bungkus. Dalam sehari kadang dapat omset 1,4 juta, kata Riadho di rumahnya Kampung Sidomulyo kel. Tembesi, kec. Bataaji.

Dalam pembuatan mereka menggaji empat karyawan untuk membantu memotong ubi, menggoreng dan membungkus. Sedangkan untuk pemasaran Sukasno sendiri yang mengerjakan. Bapak pagi, mengantar sore atau malam mengambil uang, cerita dia.

Dalam sebulan Sukasno bisa meraup keuntungan bersih Rp 5 jutaan. Namun keadaan berbeda total setelah minginjak tahun 2013 sampai sekarang. Bahan pokok seperti ubi, minyak goreng dan bahan lain sudah mahal, pelanggang mulai berkurang dan daya beli masyarakat menurun serta pengusaha makanan ringan sudah banyak.

Sekarang produksi cuman satu kali seminggu. jumlahnya hanya 1500 bungkus. Mengantar dan menagih bisa satu minggu juga, ujar ibu RT 1 RW 06 Tembesi itu.

Riadhah mengeluh saat ini, hasil jualan turun bangat. Karena sudah banyak saingannya. Namun mereka memiliki cara untuk bisa mendapat untung, perantau asal pulau jawa itu tidak menggunakan karyawan dan ubi ditanam sendiri.

Alhamdulillah, sekarang ubi tak beli, karena bapak (suami) sendiri yang menanam, pungkas ibu dari Karina, Karona, Keyrika dan Kulu itu dengan tegar.

Menurut Riadhah tidak ada pilihan pekerjaan lagi, kecuali melanjutkan usaha yang ada. Karena usia sudah tua, anak sudah empat dan Sukasno hanya tamatan SMP. Sedankan Riadhah lulusan SD. Jadi mau tidak mau, usaha ini tetap berjalan untuk menghidupkan keluarga. Mau cari kerja yang lain susah.

Usaha kripik Niki Eco menjadi satu-satunya mata pencaharian keluarga mereka dan tulang pinggu keluarga Sukasno mengerjakan semua usahanya, mulai menanam ubi, memanen, membersihkan, menggoreng dan mengantarkannya ke kios-kios.

Sekarang semua bapak yang mengerjakannya. Saya dan anak-anak juga ikut membantu, ujar dia. Selama mereka melakoni usaha dinas UKM Kota Batam perna memberikan mesin pemotongan ubi dan itu cukup bermanfaat bagi keberlangsungan usaha mereka.

Alhamdulullah dari pemerintah kami dapat mesin pemotongan ubi, ungkapnya. Tapi mereka tetap berharap ada bantuan modal dari pemerintah untuk bisa mengembangkan usahanya.

 

suprapto

Read Previous

KMP Ajak Masyarakat Perkuat Ideologi Pancasila

Read Next

Suyanti, Menjadi Guru Kerajinan Tangan