Sanusi Pane, PHK Dari Bank, Bangun Usaha Tahu Tempe

Sanusi Pane, pengusaha tahu-tempe asal, Ngawi Jawa Timur. Memulai karier menjadi marketing Bank swasta yang ada di Jakartadan selama 10 tahundi bidang marketing dan kredit.Tahun 1997 Pane, sapaan akrap sanusi pane, diamanahkan memegangKepala Bidang Kredit di bank tersebut.

Perjalanan karier di bank tidak berjalan mulus, pasalnya pada tahun 1998 Pane diPHK, karena bank mengalami bangrut. Jakarta saat itu, kata pane mengalami krisis ekonomi dan untuk mencari pekerjaan pun sangat sulit. Sedankan di Kampung (Ngawi) tak ada pekerjaan yang pas, kata dia saat dijumapai di rumahnya Baloi Ditpam Blok S No. 22 Kel. Sukajadi, Batamcentre, Sabtu (15/6).

Akhirnya lulusan SMEA swasta di Ngawi itu memberanikan diri mengikuti sanak saudara merantau ke Batam. Di Batam pun pane kusulitan mencari kerja. Setelah melewati waktu selama setenga tahun di Batam. Pane melihat peluang usaha tahu tempe yang besar.

Saya melihat di pasar jarang orang menjual tahutempe. Maka saya ingin membesarkan tahu-tempe di Batam, ungkapnya dengan semangat.

Dengan modal Rp 15 juta yang dikumpulkan dari sahabatnya yang berasal dari Ngawi. Pane membangun usaha produksi tahu-tempe. Bagi Pane memproduksi tahu-tempe bukan keahliannya. Namun pengelaman menjadi marketing di Bank menjadi ilmu yang berharga. Sebab ada nasabahnya dari pengusaha tahu-tempe.

Saya sering survei lokasi produksi dan melihat langsung pembuatan tahu-tempe. Jadi saya mengerti mengelola dan bahannya serta menghitung biayanya, jelas dia.

Dengan kepercayaan diri yang kuat pane mengajak sahabanya membuat tahu tempe, Hasilnyaa cukup diminati oleh masyarakat Batam. Setela memproduksi dengan bagus, tatangan berikutnya adalah memasarkan. Karena saat itu tahutempe sudah ada yang menjual.

Ilmu Bank pun dipakai pane dengan melakukan survei di beberapa pasar besar di Batam. Lalu memili titik (lokasi) yang strategis untuk menjual tahu-tempe. Setiap pintu masuk dan keluar pasar tos 3000 (pasar jodoh) kami kepung (pasarkan tahu-tempe), cerita dia saat memulai menjual tahu-tempe produksinya pada tahu 2000.

Dalam sebulan omset yang pane dapatkan belum memuaskan, karena munurutnya, hanya orang pendatang yang banyak mengkonsumsi tahu-tempe. Sedangkan orang melayu, menjadikan tahu tempe hanya sekadar camilan. Beda dengan  orang jawa yang menjadikan tahu tempe sebagai lauk favorit.

Beberapa konsumen yang belanja padanya, sering diberi cara memasak tahu-tempe menjadi lauk. Pembeli di tempat kami, kami ajarkan cara memasak tahu-tempe agar enak dan bisa menjadi lauk, imbuhnya.

Tahu-tempenya mulai laku dan memiliki langganan tetap di beberapa tempat dan setiap tahutempe yang diproduksinya tetap laku sampai sekarang.

Menurut Pane kendala yang dihadapi oleh pengusaha tahu-tempe, termasuk dirinya adalah naiknya bahan pokok seperti kadelai. Sedangkan konsumen dan pedagang tidak mau harga tahu-tempe dinaikan. Tapi kami sampaikan keadaan sebenarnya dan memang harga sembako pun mengalami kenaikan, ujar bapa dua anak itu.

Pada tahun 2008, pane mendirikan Asosiasi Pedagang Tahu Tempe. Dengan tujuan menghimpun semua pengusaha tahu tempe agar pengusha tahu-tempe kompak mengatur harga, mengandalikan harga dan membagi lokasi penjualan.

Saya satukan pengusah tahu-tempe dan kami pustuskan harga eceran tahu-tempe. Sehingga tidak ada yang menjual murah atau mahal, terang Ketua Asosiasi Pengusaha Tahu Tempe Kota Batam dengan lantang.

Pane yang juga sekretaris organisasi Paguyuban Ngawi saat ini memiliki produksi tahu-tempe di daerah Tembesi Buton danada 18 karyawan. Pada karyawan Pane menanamkan jiwa kemandirian.

Saya sampaikan pada karyawan, agar mereka berkeja sambil belajar. Sebab bila pulang kampung bisa membuat pekerjaan baru dengan memproduksi tahu-tempe, tutur dia dengan serius.

Dengan usaha tahu-tempe Pane bisa mandiri dan membeli rumah hingga mobil. Selama 15 tahun menekuni usaha tahu-tempe Pane perna satu kali diberi mesin giling tahu-tempe oleh Dinas Koperasi dan UKM Kota Batam pada tahun 2008 dan dari Pemerintah Provinsi Kepri tidak perna mendapat bantuan. Hanya saja sering diikutsertakan dalam pelatihan.

Walau bantuan dari pemerintah terbilang masih kurang, Pane dan beberapa sahabatnya syukur karena masih bisa membangun usaha dan membuka lapangan kerja untuk orang lain. Harapannya pemerintah bisa mengatur harga bahan pokok dalam produksi tahu-tempe. Agar masyarakat bisa meningkmati tahu-tempe dengan harga yang murah, ingin dia.

suprapto

Read Previous

Tim Penggerak PKK Bintan Gelar Lomba Masak Serba Ikan

Read Next

Kapolres Akan Jalin Hubungan Baik Dengan Media