Radikalisme Timbulkan Disintegrasi Bangsa

Tanjungpinang – Radikalisme atas nama agama dapat menghambat kemajuan bangsa dan menimbulkan disintegrasi bangsa. Tindakan-tindakan radikal yang mengatasnamakan agama harus sedini mungkin untuk dieliminir. Hal ini diungkapkan oleh Rizaldy Siregar, Ketua Forum Pemberdayaan Pesantren Kepri dalam acaa Seminar keagamaan dengan tema ” Tantangan Radikalisme Dalam Pengembangan Dakwah yang Damai di Tengah Kehidupan Masyarakat yang Ber-Bhineka Tunggal Ika “, Sabtu (20/10).

Rizaldy juga memaparkan bahwa upaya untuk penyeragaman pemahaman kepada satu kelompok tertentu merupakan sesuatu yang mustahil untuk di lakukan, karena sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Hujurat ayat 13 yang mengatakan bahwa ” Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. “

” Indonesia dibangun dalam nuansa pluralistik yang sangat kental, ada ratusan suku, budaya serta beberapa agama di Indonesia. Keberagamaan di Indonesia merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat kita pungkiri ” ujarnya.

Kegiatan yang dilaksanakan di Kampus STAI Miftahul Ulum Tanjungpinang ini dihadiri sekitar 130 mahasiswa se-Tanjungpinang yang terdiri dari Lembaga Dakwah Kampus dan BEM. Hadir sebagai narasumber AKBP Suhendri, Kapolresta Tanjungpinang, Abu Sofyan, Kepala Kementrian Agama Kota Tanjungpinang, DR. Syamsul Bahrum serta H. Bustamin Husan Ketua Ikatan Pesaudaraan Mubaligh Provinsi Kepri.

Edward Mushalli, Wakil Walikota Tanjungpinang yang juga hadir membuka acara juga mengatakan bahwa perlu penghayatan yang mendalam dalam mengamalkan agama. Edward juga menghimbau kepada para mubaligh untuk senantiasa menggunakan cara-cara yang santun dan mudah di cerna masyarakat sehingga apa yang disampaikan dapat tepat sasaran.

” Membangun sebuah konsep dakwah yang damai sangat tergantung kepada pribadi masing-masing, Islam sebagai sebuah agama rahmatan lil alamin sudah memberikan sebuah aturan berdakwah yang sangat santun dan penuh kasih sayang, ” ujar Edward.

Edward juga menambahkan bahwa setiap insan manusia di tuntut untuk berlaku adil terhadap sesama. Apapun profesi dan pekerjaan tidak menghalangi manusia untuk berlaku dan bertindak baik, yang tidak merugikan orang lain.

” Tuhan lebih dahulu menciptakan bumi dan langit, lantas setelah itu baru Tuhan menciptakan manusia. Tuhan juga menyuruh umat manusia untuk berlaku adil dan baik kepada ciptaan-ciptaan Tuhan, ” ujar Edward.

AKBP Suhendri, Kapolres Tanjungpinang mengatakana bahwa tindakan-tindakan radikalisme yang cenderung mengatasnamakan agama dan kelompok tertentu sudah mengalami disorientasi.

” Jika dulu aksi-aksi terorisme ditujukan kepada simbol-simbol asing, seperti Amerika dan sekutunya, maka saat ini sasaran terorisme diarahkan justru kepada simbol-simbol pemerintah seperti kepolisian dan lain-lain,” ujar Suhendri.

Suhendri juga menambahkan seperti kasus pengeboman serta penembakan di beberapa titik kepolisian sungguh sangat di sayangkan. Dia juga mengatakan bahwa kebanyakan aksi-aksi radikal ini dilakukan oleh anak-anak muda yang berumur berkisar antara 20-30 tahun yang memiliki pemahaman agama yang masih lemah.

” Biasanya yang direkrut untuk melakukan aksi teror adalah anak-anak muda yang memiliki pemahaman agama yang lemah, ” ujar Suhendri.

Kapolres Tanjungpinang juga akan mengesa pembuatan MOU bersama kementrian agama serta tokoh-tokoh mubaligh untuk bersama-sama merancang konsep pengembangan dakwah yang damai dalam upaya menciptakan situasi Tanjungpinang yang aman dan kondusif.

Sedangkan Abu Sofyan, Kepala Kementrian Agama Kota Tanjungpinang sudah memberikan arah kebijakan untuk pengembangan dakwah di Tanjungpinang. Begitupula yang disampaikan oleh H. Bustamin Husain, Ketua Ikatan Persaudaraan Mubaligh Kepulauan Riau, bahwa Dakwah merupakan bagian hidup dari umat Islam.

” Dakwah harus lah dengan lemah lembut, jangan saling menghujat dan menjelekkan. Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamin yang senantiasa menyampaikan kabar gembira. Pendakwah juga harus benar-benar paham dengan apa yang didakwahkannya, Pendakwah harus benar-benar jeli melihat permasalahan keumatan. ” ujar Bustami Husain.

Syamsul Bahrum yang juga sebagai narasumber dari kalangan akademisi mengatakan adalah memerangi terorisme tidak semudah membalikkan telapak tangan. Syamsul Bahrum mengatakan bahwa tindakan-tindakan radikal sudah mengecohkan umat Islam saat ini, dan upaya-upaya deradikalisasi bukan sesuatu yang mudah.

” Radikal sukses menjalankan misinya, dan deradikalisasi sangat sulit di lakukan, ” ujar nya.

Syamsul menambahkan bahwa terorisme lahir dari sebuah sistem, dan sulit untuk di lawan, sehingga penanganan terorisme harus melakukan berbagai pendekatan.

” Penanganan dengan cara dakwah harus benar-benar menyeluruh, karena terorisme memiliki sel-sel yang sangat sulit untuk dijangkau, ” ujar Samsul Bahrum.

Mahasiswa tampak antusias dalam mengikuti kegiatan tersebut.

suprapto

Read Previous

Batam dan Bintan, Pintu Terdepan Wisman ke Kepri

Read Next

Are You The Next Super Generation ?