FGD Nusantara : Bentengi Generasi Muda dari Pengaruh Negatif Globalisasi dan Modernisasi

Batam, IsuKepri.com – Pemahaman akan nilai-nilai kebangsaan, aturan serta simbol negara, kian luntur diterpa derasnya arus globalisasi dan modernisasi. Hal ini disampaikan koordinator Focus Group Discussion (FGD) Nusantara, Adri Wislawawan disela-sela kegiatan talk show mengenai penguataan nilai-nilai kebangsaan di Kampus Ibnu Sina Batam, Senin malam (21/12).

“nilai-nilai ketimuran pada generasi muda kian hari terdegradasi dengan pengaruh barat, hal ini disebabkan karena derasnya arus globalisasi. Penghayatan serta kecintaan terhadap bangsa sendiri hampir hilang, padahal masa depan bangsa Indonesia terletak pada generasi saat ini,” katanya.

Adri mengatakan bahwa derasnya arus globalisasi sudah masuk pada sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan pada lingkup yang lebih kecil yaitu keluarga. Sikap acuh tak acuh, serta cenderung tidak peduli adalah salah satu pengaruh buruk globalisasi.

“Dengan teknologi yang berkembang cepat, maka interaksi sosial masyarakat semakin terbatasi. Orang akan cenderung menelepon dibanding harus bertemu langsung,” katanya.

Hadir sebagai narasumber pada kegiatan tersebut Kapten Baziduhu Zebua, perwakilan dari Kodim 0316 Batam, Arifudin Jalil, Ketua Komisi Informasi Publik Provinsi Kepri serta Fauzi, dari Wakil Ketua III Stai Ibnu Sina Batam.

Kapten Baziduhu Zebua dalam penyampaiannya mengatakan bahwa saat ini, dunia sedang mengalami perang, namun bukan dalam artian perang mengangkat senjata secara langsung.

Perang saat ini adalah perang yang tidak lagi menggunakan senjata, tetapi perang dengan gaya baru, tidak turun langsung melainkan menggunakan tangan ketiga dengan tujuan untuk menghalangi kemajuan suatu Bangsa, dirusaklah generasi mudanya dengan strategi proxy war melalui media, doktrin seks bebas, narkotika dan radikalisme yang menyebar dari media dan lalu lintas antar Negara bahkan pertukaran mata uang. kata Baziduhu.

Baziduhu menyebut bahwa budaya serta doktrin ideologi yang tidak sejalan dengan ideologi bangsa, lambat laun akan merusak tatanan bangsa Indonesia. Hal yang sama juga disampaikan Ketua Komisi Informasi Publik Kepri, Arifudin Jalil.

Ia mengharapkan generasi muda Indonesia, harusnya memahami Pancasila, UUD 1945, Kebhinekaan serta NKRI. Diantara hal yang sangat penting adalah, kita adalah bangsa yang berKetuhanan yang maha esa.

“Kita adalah bangsa yang beragama yang mengakui adanya tuhan, oleh sebab itu, maka nilai-nilai keagamaan harus menjadi modal dasar dalam merajut persatuan, sembari nilai-nilai yang lain seperti budaya, suku dan lain sebagainya,” kata Arjal.

Sedangkan, Wakil Ketua III Stai Ibnu Sina Batam, Fauzi dalam kesempatan tersebut memfokuskan kepada pendidikan karakter untuk memupuk jati diri bangsa agar tidak terkikis di era globalisasi saat ini.

Melalui fokus pendidikan karakter, diharapkan mampu melakukan penyadaran-penyadaran bahwa betapa besar karunia Allah terhadap manusia, betapa susahnya berjuang selama lebih dari tiga ratus tahun lebih berjuang merebut tanah air kita, bahwa alam kita yang indah ini adalah anugerah Allah yang Agung.

“Perlu adanya kesadara nasional, bahwa apa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah karunia dari sang pencipta, yang harus dirawat serta dijaga. Perlu adanya kesadaran bahwa kejahatan termasuk korupsi menghancurkan bangsa dan bukti pelakunya tidak cinta tanah air,” katanya.

Sedangkan Evis Saputra, Presiden mahasiswa STT Ibnu Sina Batam juga menyampaikan dalam sambutannya bahwa kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka cipta wacana dan cipta kondisi serta untuk menguatkan rasa cinta tanah air di lintas generasi muda agar mampu menguatkan jati diri bangsa di era globalisasi.

Budaya Intelektual harus terus dibangun di kalangan mahasiswa, sebab peran para mahasiswa akan dinantikan di masa depan untuk meneruskan dan meluruskan Negara dan bangsa Indonesia katanya. (*)

suprapto

Read Previous

Ujian Yayan, Iko, dan Cecep dalam Star Wars, 2 Tahun Bungkam Diri

Read Next

Sekilas Mengenai Film \’\’Ngenest\” Karya Ernest Prakasa