Kepri Alami Deflasi Lantaran BBM dan Tarif Ankot Turun

Batam, IsuKepri.com – Provinsi Kepulauan Riau mengalami deflasi pada Januari 2015 yang didorong oleh penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan tarif angkutan.

Dimana deflasi pada Januari tercatat sebesar 0,32 persen (mtm), atau 6,39 persen (yoy), berlawanan arah dibanding bulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 2,70 persen (mtm) atau 7,59 persen (yoy).

Deflasi bulanan tersebut lebih tinggi dibanding nasional yang juga mencatat deflasi sebesar 0,24 persen (mtm) atau 6,96 persen (yoy).

“Sedangkan berdasarkan kota, Batam mengalami deflasi sebesar 0,41 persen (mtm) atau 6,39 persen (yoy), sementara Tanjungpinang mengalami inflasi sebesar 0,19 persen (mtm) atau 6,36 persen (yoy),” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepri, Gusti Raizal Eka Putra, Rabu (4/2).

Lanjutnya, kelompok administered price menjadi penyumbang deflasi Januari, sebesar 4,04 persen (mtm) dan andil – 0,89 persen yang didorong penurunan harga beberapa komoditas yang ditetapkan oleh pemerintah antara lain harga BBM bersubsidi (bensin dan solar), elpiji 12 kg serta semen.

Penurunan harga komoditas tersebut diberlakukan per tanggal 19 Januari 2015, bensin dari harga Rp7.600 menjadi Rp6.600, solar dari harga Rp7.250 menjadi Rp6.400, elpiji 12 kg dari harga Rp135.000 menjadi Rp129.000, serta harga semen yang turun Rp3.000 per sak.

“Selain itu, deflasi kelompok administered price juga disumbang oleh penurunan tarif angkutan (angkutan udara, angkutan laut, dan tarif taksi),” ujar Gusti.

Sementara andil terbesar inflasi disumbang oleh kelompok inti, yaitu sebesar 0,77 persen (mtm) dan andil 0,45 persen. Inflasi kelompok inti terutama dipicu oleh peningkatan harga kelompok makanan jadi, upah pembantu RT, emas perhiasan, dan harga semen yang merupakan penyesuaian biaya operasional dengan kondisi terkini.

Meskipun penurunan harga semen telah diberlakukan, harga komoditas semen di Kepri tercatat mengalami inflasi sebesar 4,31 persen (mtm) dengan andil 0,02 persen.

Kelompok volatile food mencatatkan inflasi sebesar 0,53 persen (mtm) dengan andil 0,10 persen yang didorong oleh kenaikan harga kelompok sayuran, telur ayam ras dan ikan segar. Kenaikan harga sejumlah komoditas sayuran dan bahan makanan tersebut merupakan dampak ganguan distribusi barang serta berkurangnya hasil tangkapan nelayan akibat tingginya gelombang laut yang disebabkan angin musim utara yang diperkirakan baru akan berakhir pada pertengahan Februari.

Sedangkan pada Februari 2015, tekanan inflasi diperkirakan berpotensi dari hambatan pasokan sejumlah komoditas bahan makanan serta aktivitas penangkapan ikan yang dipengaruhi oleh musim angin utara (gelombang tinggi dan angin kencang). Selain itu, potensi banjir di sejumlah daerah penghasil bahan makanan di Jawa, serta aktivitas vulkanik Gunung Sinabung yang masih berlanjut diperkirakan akan mempengaruhi pasokan bahan ke Kepulauan Riau.

“Konsumsi masyarakat yang juga diperkirakan akan meningkat berkenaan dengan momen perayaan Tahun Baru Imlek, juga berpotensi meningkatkan tekanan inflasi,” tutur Gusti.

Mencermati hal tersebut, Bank Indonesia bersama dengan TPID akan meningkatkan koordinasi pengendalian inflasi terutama dalam menjaga ketersediaan dan distribusi barang. (SUTIADI MARTONO)

Alpian Tanjung

Read Previous

RUP 12 SKPD Kepri Sudah Ditayangkan di Website ULP

Read Next

Kadisnaker Akui Kurang Koordinasi Dengan Pihak Terkait