IHK Tanjungpinang Alami Kenaikan 0,15 Persen

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau, meyatakan, indeks harga konsumen (IHK) Kota Tanjungpinang, mengalami kenaikan atau inflasi sebesar 0,15 persen selama Maret 2014. Kenaikan tersebut terjadi perubahan harga pada 100 komoditi kebutuhan masyarakat.

“Kenaikan itu terjadi dari 113,39 pada Februari 2014 menjadi 113,56 pada Maret 2014 dan kenaikannya terjadi sekitar 0,15 persen. Dimana sebanyak 73 komoditi atau jasa diantaranya mengalami kenaikan harga atau tarif,” kata kepala BPS Kepri, Dumangar Hutauruk di Tanjungpinang, kemarin.

Sedangkan, kata dia, 73 komoditi atau jasa tersebut antara lain, kacang panjang, buncis, ketimun, sawi hijau, kangkung, pepaya, sprey, tukang bukan mandor, roti manis, kepiting atau rajungan, teh, handuk, coklat bubuk instan, tempat tidur, biaya jaringan saluran televisi, pelembab, sari kedelai (susu kedelai), cabe hijau, ikan lele, nangka muda, dan vitamin. Sebaliknya, 27 komoditi lainnya justru mengalami penurunan harga/ tarif, yaitu ikan kembung, cumi – cumi, cabai merah, tomat sayur, tomat buah, ikan tongkol, ikan selar, wortel, kol putih/ kubis, bawang goreng, bawang merah, ikan pelata, cabe rawit, obat dengan resep, bawang putih, bir hitam, telur ayam ras, anggur, obat sakit kepala, obat flu, gula pasir, wafer, ikan asin belah, daging sapi, kopi bubuk, apel, dan pompa air listrik.

Selain itu, bila dilihat laju inflasi tahun kalender (Januari – Maret) tahun 2014 di Kota Tanjungpinang, tercatat sebesar 2,30 persen, lebih tinggi dibanding laju inflasi periode yang sama di tahun 2013 yakni sebesar 1,84 persen. Sedangkan laju inflasi “‘year on year”‘ (Maret 2014 dibanding dengan Maret 2013) sebesar 9,66 persen, lebih tinggi dibandingkan laju inflasi periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar 5,08 persen.

Sementara, kata Dumangar, dari 23 kota IHK di Sumatera, tercatat tujuh kota mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Kota Pematang Siantar sebesar 0,59 persen dan inflasi terendah terjadi di Kota Bengkulu sebesar 0,04 persen.

“Sebaliknya, tercatat enam belas kota mengalami deflasi dengan deflasi tertinggi terjadi di Kota Pangkal Pinang sebesar 1,76 persen dan deflasi terendah terjadi di Kota Padang Sidempuan sebesar 0,05 persen,” katanya.

Selanjutnya, bila dilihat dari 82 kota IHK di Indonesia, tercatat 45 kota mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi terjadi di Kota Merauke sebesar 1,15 persen dan inflasi terendah terjadi di Kota Kediri dan Kota Makassar masing – masing sebesar 0,02 persen.

“Sebaliknya, 37 kota lainnya justru mengalami deflasi, dengan deflasi tertinggi terjadi di Kota Tual sebesar 2,43 persen dan deflasi terendah terjadi di Kota Sorong sebesar 0,02 persen. Sedangkan Kota Tanjungpinang menempati peringkat ke 34 dari 82 kota IHK di Indonesia yang mengalami inflasi, papar Dumangar.

Kemudian, perkembangan IHK tidak lepas dengan kelompok pengeluaran. Dari tujuh kelompok pengeluaran barang dan jasa yang menyusun IHK Kota Tanjungpinang Maret 2014, tercatat lima kelompok pengeluaran mengalami kenaikan indeks, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,61 persen.

Terus kelompok perumahan, air, listrik, gas atau bahan bakar sebesar 0,56 persen, kelompok sandang sebesar 0,46 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga indeks sebesar 0,50 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,07 persen. “Sebaliknya kelompok bahan makanan dan kelompok kesehatan mengalami penurunan indeks masing – masing sebesar 0,69 persen dan 0,17 persen,” katanya. (AFRIZAL)

Alpian Tanjung

Read Previous

20 Persen Bangunan di Tanjungpinang Tak Miliki IMB

Read Next

Everton Ancam Posisi Arsenal