Nelayan Terpaksa Jadi Pemulung

Tanjungpinang, IsuKepri.com – Selama 18 tahun menjadi pemulung, bukanlah keinginan bagi Abdillah. Pria berusia 55 tahun ini, terpaksa melakukan aktifitas tersebut lantaran, naas yang menimpa dirinya beberapa tahun lalu.

Awalnya, laki – laki kelahiran Kepulauan Riau ini mengaku, lemahnya jenjang pendidikan yang diperolehnya membuat ia kesulitan mendapatkan pekerjaan.

Apalagi, sebagai kepala keluarga yang harus menafkahi, Abdillah memiliki peran penting untuk bertanggungjawab kepada keluarganya.

7 tahun bergelut di laut sebagai nelayan, ternyata menimbulkan semangatnya untuk mencoba pekerjaan di darat. Sebab itulah, hijrahnya dari tempat kelahirannya di salah satu pulau di Bintan ke Kota Tanjungpinang, tetap diteguhkannya.

Tapi, banyaknya faktor formalitas dalam bekerja di swasta membuatnya memilih untuk memulung. Pekerjaan sebagai pemulung sekitaran Jalan Pemuda, Basuki Rahmat dan Pamedan dilakukannya untuk menghemat tenaga dan pengeluaran, sekaligus 3 wilayah tersebut tidak terlalu jauh dengan tempat tinggalnya di Jalan Pramuka, yang secara langsung diakuinya, hunian yang ditempati berstatus menumpang.

“Setelah sekian lama memulung, saya terpikir untuk kembali mengembangkan pengalaman di laut, dan sedikit demi sedikit dikumpulkan, saya bisa membeli sampan, jaring dan alat tangkap ikan yang lain,” ucapnya, Selasa (18/3).

Berasumsi bisa mengubah kehidupan keluarga, gerobak dan segala atribut pemulung akhirnya ditinggalkannya. Dengan sampan yang dibelinya dari salah seorang perakit perahu tradisional di Pulau Penyengat dengan seharga Rp800 ribu, tambah lagi biaya untuk alat tangkap, Abdilallah mulai mendayung sampannya.

Seperti apa yang diharapkan, belum genap 30 hari, modal sampan yang ia keluarkan dari saku tabungannya sudah kembali.

“Sebelumnya saya sudah pernah menjadi nelayan, sebab itu tidak canggung lagi di laut. Melihat uang modal sampan sudah bisa kembali, saya semakin semangat untuk mencari ikan di sekitaran laut dompak dan Sungai Jang, karena kebetulan tempat berdekatan dengan daerah pesisir laut tersebut,” paparnya.

Akan tetapi, hampir genap 30 hari itu juga, sampan dengan segala alat tangkapnya, hilang entah kemana.

“Saya menangis begitu melihat sampan saya tidak lagi berlabuh di tempat biasa, saya cari sambil bertanya, tapi tidak ada yang tau,” ucap Abdillah.

Padahal, belum sampai sebulan sampan itu digunakan, tambahnya sudah hilang sampai saat ini tidak diketahui siapa yang mengambilnya.

“Sedih sekali saya ketika itu, bagaimana tidak, perubahan lebih baik dalam keluarga itu sudah nampak, tapi langsung saja semuanya hilang begitu saja,” imbuhnya.

Meskipun bisa dikatakan sudah sebulan kejadian tersebut, tapi semangatnya untuk keluarga dengan memulung tidak surut, Abdillah kembali mendorong gerobaknya dengan mengumpulkan barang bekas.

Sampai pada 2013, Abillah pun mendapat tawaran di bekas Kantor Gubernur sebagai tukang sapu di halaman gedung tersebut. Tapi cukup setahun, kontraknya sebagai tukang sapu pun habis.

“Dari bekerja sebagai tukang sapu itu, saya mendapat informasi kalau pemerintah bisa membantu orang tak mampu untuk membuka usaha, “‘asalkan”‘ mengajukan proposal bantuan,” katanya.

Hal tersebut membuatnya yakin, karena rekan sepekerjaannya di bekas Gedung Gubernur terebut, sering mendapat bantuan dari pemerintah.

“Tapi, sudah tak terhitung lagi jumlah proposal yang saya masukkan, hingga saat ini tidak ada kabar,” ujarnya sambil geleng kepala.

Bantuan pemeintah yang sangat dibutuhkannya lantaran, harga barang bekas sudah anjlok jauh, dan terhitung usahanya bangkrut.

“Apalagi modal saya cuma sedikit, sementara barang bekas sudah turun semua. Bagaimana bisa bertahan dengan kondisi seperti ini,” ungkapnya pada isukepri.

Diakuinya, modal awal untuk memulung sekitaran Rp10 juta, tapi sudah bertahan karena barang bekas seperti besi plastik dan lain sebagainya sudah turun harga.

Dari pengalamannya, Abdillah memiliki harapan untuk membuat rumah apung yang dinilanya lebih menguntungkan untuk usaha perikanan.

“Rumah apung ini, seperti kelong, karena kita bisa berlabuh dan mencari ikan, selain itu ikan yang didapat juga bisa dipelihara terlebih dulu di dalam keramba yang berada di rumah apung tersebut,” paparnya.

Jika benar pemerintah itu ada bantuan untuk modal usaha, sambung Abdillah, ia sangat berharap pemerintah bisa memberikan bantuan untuknya membuat rumah apung tersebut.

“Saya hanya berharap pemerintah lebih memperhatikan saya dan dapat menilai pantas atau tidak bantuan modal saya dapatkan, bukan untuk hal yang lain, tetapi saya ingin membuka usaha untuk mengubah nasib menjadi lebih baik,” ucapnya. (SAUD MC)

Alpian Tanjung

Read Previous

Distako Akan Pasang Ribuan Bunga Taman

Read Next

Gaji Honor Penjaga Sekolah Akan Dinaikkan