Tanjungpinang, IsuKepri.com – Dinas Kelautan dan Perikanan (DPK) Provinsi Kepulauan Riau, memberi bantuan berupa keramba apung kepada Kelompok Nelayan Lumba – Lumba Putih di Tanjung Siambang, Dompak pada November 2013 lalu. Bantuan yang diberikan DKP Kepri itu, untuk kegiatan budi daya perikanan sekaligus meningkatkan ekonomi nelayan.
Bantuan itu juga, mendapat perhatian serius dari beberapa kelompok nelayan penerima bantuan. Seperti upaya yang dilakukan oleh kelompok nelayan Lumba – lumba Putih di Tanjung Siambang, Dompak.
Kelompok nelayan itu juga, beranggotakan 10 orang nelayan tempatan, dan berupaya menafaatkan bantuan keramba apung tersebut dengan membudidayakan ikan kerapu.
Seperti yang disampaikan ketua Kelomok Nelayan Lumba – Lumba Putih, Ramli Tarib, bahwa ia dan anggota kelompoknya sangat bersyukur bisa dipercayai oleh Pemerintah Provinsi Kepri yang diwakili oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepri untuk menerima bantuan keramba apung tersebut. Karena bagi pria kelahiran Tanjung Siambang, 5 januari 1965 ini, dengan adanya bantuan tersebut bisa menjadi suatu pengharapan hasil yang sangat dinantikan oleh kelompok nelayan yang ia pimpin. Karena, selain bisa memberdayakan para nelayan tempatan untuk berkembang dan maju, hasilnya juga bisa meningkatkan ekonomi nelayan.
Kami sangat bersyukur karena sudah dibantu oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kepri, karena sebelumnya, untuk membantu meningkatkan ekonomi keluarga, kami tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah, ucap ketua Kelompok Nelayan Lumba – Lumba Putih, Ramli, Senin (24/3).
Selain itu sambungnya, bantuan yang diberikan bukanlah bantuan biasa, karena terlihat jelas dari material keramba apung yang disimpulkannya sebagai produk material unggulan.
Material kerambanya saja sangat bagus, dan kokoh. Selain itu, kita juga mudah membersihkan material keramba dari ‘tritip’ laut yang menempel, ucap Ramli.
Tambahnya, proses pemasangan material yang diberikan secara terpisah, dilakukan perakitan langsung oleh tim teknis dari DKP Kepri, sehingga pihaknya tinggal memanfaatkannya.
Memanfaatkan keramba apung ini, kami langsung meminta bantuan kepada dinas kelautan Tanjungpinang (Dinas Kelautan Perikanan Pertanian Kehutanan dan Energi Kota Tanjungpinang), hasilnya, dinas tersebut memberi bantuan 3.400 bibit kerapu, yang kami terima sekitar 3 bulan lalu, bersama dengan pakannya yang kami ambil ke dinas kelautan Tanjungpinang dua kali dalam seminggu, paparnya.
Hal itu tidak membuat DKP Provinsi Kepri tinggal diam, karena kata Ramli, setelah mendapat bantuan keramba dan bibit, DKP Kepri juga memberikan kami bimbingan untuk membudidayakan ikan di dalam keramba tersebut. Dalam sebulan itu, DKP Kepri memberikan dua kali penyuluhan terkait budidaya perikanan ini, katanya.
Mengenai proses pembesaran bibit sampai pengelolaannya, kelompok nelayan Lumba – Lumba Putih ini memiliki management sendiri. Kata Ramli, selama masuknya bibit tersebut, Lumba – Lumba Putih aktif mengawasi dan terus memperhatikan keberlangsungkan bibit kerapu di dalam keramba.
Dalam sehari itu, kami memberi makan dua kali, yakni pagi dan sore. Kami juga selalu mengawasi keamanan keramba dari aksi pencurian, karena maklumlah, 10 lobang dalam satu keramba memili kerapu yang dimayoritasi oleh kerapu jenis tiger, paparnya.
Mengingat harga kerapu tiger kini mencapai Rp130 ribu per kilo, Lumba – Lumba Putih terus aktif melakukan pengawasan ke keramba apung tersebut.
Menurutnya, dari masa pembibitan, kerapu hanya menghabiskan masa setahun sampai panen, sementara kini sudah berjalan 3 bulan dan waktu panen tinggal 9 bulan kedepan. Rencananya, kita akan membangun pos di keramba untuk pengawasan pada malam hari supaya lebih maksimal, imbuhnya.
Jika berhasil sampai panen, kelompok nelayan Lumba – Lumba Putih berharap hasilnya bisa di ekspor ke luar negeri dan seandainya belum bisa, minimal hasilnya masuk ke restoran – restoran di kawasan pariwisata Kepulauan Riau. (SAUD MC)