Jadi Nelayan Untuk Biaya Kuliah

Tanjungpinang, IsuKepri.com – Seorang mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji (Umrah) Semester III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Sahary, terpaksa harus menjadi nelayan untuk membiayai Kuliahnya. Hal itu juga dilakukan Sahary guna meringankan beban kedua orang tuanya.

Anak kedua dari lima bersaudara ini juga, bukan tergolong anak orang yang berada dari teman – teman kampusnya, bahkan untuk mengejar cita – citanya agar bisa bertahan kuliah di Umrah, dan membuat dirinya memiliki tujuan membahagiakan orangtuanya di kemudian hari jika telah sukses dan mendapat gelar dari tempatnya menimba ilmu saat ini.

“Ya, untuk membanggakan orangtua, dan agar supaya bisa kerja yang lebih enak lagi. Soalnya kalau jadi nelayan terus, ikan dah semakin susah, lagipun ikan semakin jauh dan susah kami mendapatkannya,” ucap Sahary dengan logat melayu kental khas Kelong Kabupaten Bintan tempat kelahirannya.

Meski demikian, Sahary tidak pernah malu ataupun minder untuk menjalani kuliah sehari – harinya di Umrah, bahkan ia semakin bersyukur dikarenakan masih banyak yang bisa diperbuat dalam perjalanan masa muda yang dijalaninya sekarang.

“Lah, kenape harus malu, kalau melakukan untuk kebaikan dan kedepannya, dan saye akui memang orang tak mampu, walaupun seperti ini, saye tidak pernah ngemis atau minta – minta, karena saye yakin suatu saat dengan kerja keras pasti kesuksesan itu datang, jadi tidak perlu malu untuk terus berusaha,” ujarnya penuh semangat berkobar.

Menurutnya, kuliah sambil kerja bukanlah hal yang biasa, ada keistimewaan sendiri yang didapati, sehingga bagi mahasiswa lainnya yang masih dibiayai orangtua dapat mengerti artinya susah untuk mencapai kesuksesan itu.

“Saye heran aje, liat orang mampu, atau  dibiayai orang tuanya, tapi malah kuliah tak betul, karena mungkin mereka belum menyadari susahnya mencari uang untuk dapat kuliah seperti ini,” ucapnya penuh kebimbangan yang mendalam.

Sahary juga mengatakan, teringat waktu ingin mendapatkan uang untuk bayar semester ketiga, rintangan angin di laut membuat sangat sulit mendapatkan ikan, bahkan pernah terjatuh dan terdampar di laut waktu tuntutan membayar uang semester harus dipenuhi.

“Saye pernah jatuh ke laut waktu jadi nelayan, untuk mendapatkan uang membayar semester 3, waktu itu libur semester, jadi saye harus menggunakan waktu libur dengan sebaik – baiknya mencari uang semester, agar bisa melanjutkan ke semester 3 seperti sekarang ini,” katanya, dengan sedikit sedih keluar air mata dari wajahnya.

Oleh karena itu, Sahary tidak pernah mengeluh ataupun terlambat dalam menjalani kuliah, karena baginya kuliah adalah pintu kesuksesan kedepannya, dengan tekat yang dalam keinginan untuk bekerja menjadi tenaga pendidik nanti akan terus dikejarnya sampai kelulusan wisuda tiba.

“Memang tidak semua mahasiswa sama nasibnya seperti saye, tapi jika saye selesai kuliah nanti, ya nak jadi guru dan ngajar di kampong saye sendiri, dan nak ajak pemuda – pemuda kampong untuk jadi pemuda yang lebih baik lagi untuk terus berbakti dan mengejar cita – cita, tanpa harus mengeluh yang tidak ada habisnya,” ucapnya menutupi wawancara media ini. (RON)

Alpian Tanjung

Read Previous

Himaprodi Kedokteran Uniba Gelar Seminar World Aids

Read Next

KPU Tanjungpinang Coret 224 Pemilih Tidak Dikenal