Tanjungpinang, IsuKepri.com – Sekretaris Komisi II DPRD Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Rudi Chua mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah beberapa hari ini, diprediksi secara keseluruhan berdampak terhadap masyarakat Kepri yang ada diperbatasan untuk harga jual barang Impor.
“Hal itu, berdampak terhadap masyarakat di daerah perbatasan Provinsi Kepri, seperti di Kota Batam dan Tanjungpinang yang membeli barang impor yang dijual di Swalayan dan Supermaket,” kata Rudi, Rabu (21/8).
Menurut Rudi, sekitar 20 persen barang impor tersebut dijual di Swalayan dan Supermarket yang ada di Kota Tanjungpinang. Barang impor itu, seperti Gula, beras, minuman kaleng, susu dan lainnya.
“Jadi, barang impor yang dijual nanti, kemungkin mengalami kenaikan harga,” ujarnya.
Sementara, sambung Rudi, dengan melemahnya Rupiah secara keseluruhan, kemungkinan pengusaha yang menjual barang impor seperti produk sabun, dan shampo akan naik.
“Artinya, akan terjadi kehilangan daya beli dan secara langsung terjadinya inflasi,” kata Rudi.
Sementara itu, kata dia, masyarakat yang menggunakan barang impor, dan dijual di Tanjungpinang, sekitar 10 hingga 20 persen. Sedangkan, untuk di Kota Batam, ada sekitar 30 persen yang menjual, dan hal itu sangat berdampak dengan melemahnya nilai rupiah.
Menurut Rudi, dengan melemahnya nilai rupiah di Indonesia, juga berdampak terhadap pemain saham, karena pemain saham di Indonesia sangat banyak. Atas naiknya nilai tukar mata uang Dollar, para investor dari luar negeri akan masuk.
“Sehingga, banyak para pengusaha yang menjual sahamnya dan bursa sahampun akan rontok. Akibatnya, nilai rupiah akan melemah dan inilah salah satu penyebabnya,” tutur Rudi.
Masih kata Rudi, apabila kondisi seperti ini terus belanjut, maka perekonomian di Indonesia akan terus melemah seperti pada tahun 1978. “Tentunya, kondisi ini tidak kita inginkan, karena pemerintah daerah tidak bisa berbuat apa dan ini masalah ekonomi internasional,” katanya. (AFRIZAL)
