Pertanian Sayur Ekspor di Bintan Mati Suri

Bintan, IsuKepri.com – Pertanian sayur ekspor dikawasan Wacopek Kelurahan Gunung Lengkuas, Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan, yang pernah menjadi andalan Provinsi Kepulauan Riau. Hingga saat ini, tidak bisa bergerak atau mati suri. Padahal, komuditi sayur mayur asal Bintan ini, pada tahun 2009 silam, sempat mendapat sambutan baik Negara Singapura untuk memenuhi sayur ekspor negara tersebut.

Bahkan, tak tanggung – tanggung, Provinsi Kepri saat kepemimpinan Ismed Abdullah dan M Sani, memberikan bantuan kepada kelompok tani di Wacopek tersebut hingga miliaran rupiah jumlahnya.

Bahkan, saat ekspor perdana, melalui Pelabuhan Sri Bayintan Kijang ke Singapura, dilepas langsung oleh Ismed Abdullah.

Akan tetapi, saat ini, ekspor sayur ke negara tetangga itu terhenti tanpa tidak diketahui penyebabnya. Diduga Negara Singapura memutuskan kontrak ekspor sayur asal Bintan, lantaran mutunya jelek.

Untuk itu, Negara Singapura disinyalir lebih cenderung memilih sayur asal Malaysia atau dari Sumatera. Karena, mutunya lebih baik dari pada mutu sayuran asal Bintan.

Pantaun isukepri.com, Jumat (16/8) dilapangan, dikawasan areal pertanian tersebut, saat ini hanya tinggal plang sayur ekspor yang masih berdiri tegak di depan lahan yang pernah ditanami sayur tersebut. Bahkan, dilahan seluas lebih kurang tiga hektare itu, hanya ditanami pohon pisang. Sebagiannya hanya ditanami sayur kangkung, sawi hijau dan sawi putih. Sementara, untuk jenis sawi minyak yang saat itu menjadi andalan ekspor tidak bisa ditanami lagi.

“Sawi minyak tidak bisa hidup lagi dilokasi ini, tak tau apa sebabnya. Padahal, ketika itu sawi minyak ini menjadi andalan ekspor ke Singapura,” ujar Mijo pekerja diareal kebun sayur milik Akang.

Lebih menyedihkan lagi, puluhan hektar lahan yang biasa ditanami segala macam sayuran itu, kini tinggal 700 M2 yang sanggup dikerjakan oleh petani. Selebihnya, ada yang menjadi lahan tidur, lahan ditambang dan ditanami pisang.

“Saya tak tau persis kenapa pertanian sayur mayur yang dulunya ekspor ini terhenti. Bahkan, terancam bangkrut ini,” imbuhnya.

Menurut pria asal Ponorogo Jawa Timur ini, saat ini, diareal pertanian yang sudah digelutinya selama 15 tahun lebih itu, hanya mampu memanen sayur hijau sebanyak 6 keranjang dan sekitar 120 Kg. Sementara, kangkung hanya bisa dipanen dua hari sekali sebanyak 3 sampai 4 keranjang.

“Kalau sawi putih hanya dapat 3 keranjang, satu keranjangnya 15 Kg. Sayur itupun hanya dibawa ke Batam dan Tanjungpinang saja,” ujarnya. (RAMDAN)

Alpian Tanjung

Read Previous

Gedung SD Negeri 015 Sudah Bisa Ditempati

Read Next

Ansar: Perkuat Institusi di Tambelan