Peran Mahasiswa dalam Mengawal Demokrasi Indonesia

Peran partisipatoris dalam aksi adalah cermin idealisme mahasiswa memainkan peran sebagai agent of social change. Peran ideal ini akan menjadi efektif jika patuh dengan etika demokrasi yang di antaranya tak membenarkan kekerasan dan adu kekuatan sebagai alternatif. Masalah apa pun itu, ia melibatkan institusi publik, harus dilihat secara cermat, dengan mempertimbangkan etika perundang-undangan.

 

Oleh : San Morghen Sitorus
Mahasiswa Fisip Umrah

Opini Mahasiswa – Peran mahasiswa sebagai pribadi yang terbuka dan memiliki kultur politik yang mandiri bisa berperan aktif dalam proses kehidupan berdemokrasi di Indonesia untuk membawa bangsa ini ke arah masa depan yang lebih baik. Peran mahasiswa  akan semakin maksimal jika mereka mau dan mampu memanfaatkan teknologi informasi dalam mendukung proses demokrasi.

Dalam penyelenggaraan pemilu, mahasiswa bisa berperan dalam proses pengawasan maupun menominasikan figur-figur calon pemimpin di berbagai level pemerintahan. Hal itu bisa menjadikan semakin urgen dan tingginya angka golput di berbagai penyelenggaraan pemilu.

Proses demokratisasi di Indonesia memang membutuhkan waktu dan dukungan semua pihak. Karena sebagus apapun konsep maupun struktur politik yang telah dibangun tidak akan banyak berguna jika tidak didukung oleh partisipasi aktif masyarakat. Sehingga mahasiswa sebagai pribadi yang memiliki pengetahuan politik diharapkan tidak hanya mau berbagi pemahaman tentang politik saja tetapi mengawal dan memperbaikinya.

Mahasiswa yang terbiasa dengan kultur politik dan  akademik yang mandiri, diharapkan bersikap bijak dan arif ketika melihat demonstrasi sebagai bagian dari demokrasi. Mahasiswa sangat berperan penting dalam menjalankan demokrasi sesuai dengan falsafah negara dan nilai dasar demokrasi sebagai sesuatu yang berasal dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat serta menghindari politik uang dalam setiap proses berdemokrasi.

Tindakan partisipatoris mahasiswa adalah kontribusi penting bagi tegaknya demokrasi. Mahasiswa memiliki tanggung jawab mengawal perjalanan demokrasi. Kesalahan terbesar yang sering terjadi adalah aspirasi nilai-nilai demokrasi yang dipraktikkan secara non demokratis, sporadis dan cenderung amoral.

Substansi demokrasi justru mengalami ketimpangan jika ide-ide yang menyuarakan demokrasi disalurkan dengan jalan kekerasan, amuk massa, bahkan pembasmian (genicode). Dalam situasi inilah kedewasaan mahasiswa teruji, bagaimana mereka membingkai masalah secara rasional, objektif, dan proporsional.

Strategi aksi mahasiswa dalam masalah sosial dapat diasumsikan sebagai upaya konstruktif memindai masalah. Perhelatan mahasiswa dalam ruang publik adalah sebuah praktik check and balance dalam mengawal demokrasi.

Peran partisipatoris dalam aksi adalah cermin idealisme mahasiswa memainkan peran sebagai agent of social change. Peran ideal ini akan menjadi efektif jika patuh dengan etika demokrasi yang di antaranya tak membenarkan kekerasan dan adu kekuatan sebagai alternatif. Masalah apa pun itu, ia melibatkan institusi publik, harus dilihat secara cermat, dengan mempertimbangkan etika perundang-undangan.

Peran mahasiswa dalam ruang lingkup publik seharusnya tampil sebagai sosok terdidik yang tak hanya mengandalkan ideologi saja. Daya kritis mahasiswa tak selamanya dituangkan dengan suara lantang.

Cara-cara kreatif dan santun akan lebih menarik simpati publik sekaligus menjadi momen edukatif bagi tumbuh dewasanya demokrasi. Ini yang menjadi harapan kita agar karakter ini tumbuh di setiap pribadi mahasiswa Indonesia khususnya mahasiswa.

( Referensi dari berbagai sumber )

ione

Read Previous

Gempa Berkuatan 4,0 Skala Richter Guncang Kendari

Read Next

Rapat Akbar, Perjuangkan UMK Batam Diatas Rp2 Juta