Politisi, Korupsi dan Elektabilitas Partai

“Reputasi Anda ada di tangan orang lain. Itulah reputasi. Anda tak bisa mengaturnya. Satu-satunya  yang  bisa Anda atur adalah watak Anda” (Dr. Wayne W. Dyer)

Begitulah salah satu bunyi kata bijak, kalaw kita terjemahkan secara bahasa bahwa penilaian terhadap pribadi pasti bersumber dari bagaimana kita bersikap. banyak orang yang tergelincir dan tidak cerdas dalam mengelola kebaikan-kebaikan yang ada pada dirinya akibatnya, tidak sedikit personal  jatuh dalam jurang kenistaan.
Menurut Buku Personality Plus karangan Florence Littauer ada beberapa sifat atau karakter manusia:

Kolerik
Kalau menyelesaikan suatu pekerjaan maka seorang Kolerik akan menyelesaikannya dengan caranya sendiri (My Way). Dia sungguh kreatif, bahkan kalau ada manual sekalipun maka dia tidak suka menuruti manual tersebut. Pokoknya si kolerik akan berusaha menyelesaikan pekerjaan itu sampai tuntas. Syaratnya harus dengan cara yang diyakini olehnya benar bukan dengan cara orang lain. Hambatan apapun akan diterjangnya guna mencapai tujuan. Kolerik ini juga senang mengatur orang lain akan tetapi dia sendiri tidak suka kalau dipaksa-paksa untuk melakukan sesuatu.

Sanguinis
Bagaimana seorang Sanguin harus menyelesaikan pekerjaannya? Ini susahnya. Orang Sanguin ini orangnya gampangan. Cara dia menyelesaikan pekerjaannya adalah dengan cara yang dianggapnya paling menyenangkan (Fun Away). Bagi dia kalau pekerjaan itu menyenangkan baginya maka dia bisa-bisa tidak ingat waktu. Sayangnya, sang Sanguin ini terkesan bertele-tele karena ingin selalu mencari celah-celah pekerjaan yang bagi dia bisa menimbulkan kegembiraan. Si Sanguin ini juga suka menunda-nunda pekerjaan bahkan kerap melupakan apa yang sudah dikerjakannya. Dia bekerja tanpa rencana dan cenderung menganggap remeh apapun yang dilakukannya. Sikapnya cenderung seenaknya. Kalau ada keramaian maka orang Sanguin selalu tampil paling menonjol, entah dari segi pakaiannya, teriakannya yang menarik perhatian orang atau tingkah lakunya yang nyentrik. Si sanguin ini bisa diibaratkan seorang anak yang terkurung dalam tubuh orang dewasa. Awet muda dan senang bermain-main.

Melankolik
Nah ini dia tipe pekerja teratur. Senangnya rapi dan sistematis. Dalam menyelesaikan pekerjaan maka seorang yang berwatak melankolik akan memilih cara terbaik (best way), bagaimanapun caranya. Kalau ada manualnya maka dia akan mengikuti manual itu 100 % benar. Dia bekerja sangat tekun dan serius, dan selalu menuntut hal yang sama terhadap anak buah atau rekan-rekannya. Kalau ada yang melenceng sedikit dari kemauannya maka dia akan murung dan muram sepanjang hari. Orang Melankolik ini cepat sekali tersentuh perasaannya. Hidupnya teratur dan kalau berpakaian selalu selalu rapi dan charming.

Plegmatis
Nah ini dia manusia yang paling menyenangkan bagi semua orang. Orang plegmatis ini nyaris tidak pernah marah. Senyumnya tulus. Hanya saja seperti orang yang tidak punya ambisi. Orangnya damai, dan tidak suka bertengkar. Dia juga pemalu dan cenderung tidak ingin menonjol di keramaian. Seorang plegmatis akan menerima pendapat orang lain apapun itu, meski belum tentu dia mengerjakannya. Kalau melakukan pekerjaan maka orang plegmatis akan melakukannya dengan cara yang paling mudah (easy way). Kadang-kadang dengan menempuh jalan pintas.

Karakter diatas adalah karakter dasar yang kita miliki konsekuensinya antara personal satu dengan yang lain tentu berbeda sehingga corak kehidupan kita tentunya menjadi lebih berwarna.

Akhir akhir ini kita dikejutkan dengan berita korupsi pengadaan Al-Quran oleh Anggota Komisi VIII DPR dari Golkar Zulkarnaen Di jabbar yang menjadi tersangka. Tak pelak, citra para wakil rakyat memburuk. Kasus korupsi pengadaan Alquran dipandang bisa mencoreng citra DPR. Upaya DPR mengembalikan citranya jelas tak mudah. “Tentu saja makin memerosotkan citra DPR. Padahal, citra DPR sendiri sudah hancur”, ujar Manager Public Affairs Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi. Kalaw dibiarkan ini bisa menjadi bomerang bagi politisi dan lembaga DPR jika tidak disikapi dengan bijak.

Elektabilitas Partai Politik
Pemilu 2004 dan 2009 tentunya memberikan pelajaran berharga bagi partai poltik. Fluktuasi jumlah pemilih juga menjadi factor evalusi yang harus di lakukan karena pada dasarnya hal ini sangat menentukan keberlangsungan  sebuah partai. Tentunya banyak hal yang menjadi catatan ketika organ partai ingin menjadi pemenang pemilu.

Keywordnya adalah elektabilitas partai. Hal- hal yang dapat menurunkan elektabililitas adalah permasalahan internal yang berlarut larut, para kader partai yang terlibat kasus hukum (korupsi,kriminal,asusila dan lain sebagainya). Oleh karena itu setiap partai hendaknya mulai berbenah dan mulai meminimalisir faktor-faktor penyebab turunnya elektabilitas.

Lembaga Survey Indonesia merilis seandainya pemilu diadakan sekarang maka partai mana yang dipilih oleh masyarakat (Demokrat, Golkar, PDI-P, PKS, PAN, PPP)? hanya 49% yang memilih dan mantap, selebihnya 26% memilih tapi belum mantap serta 25% belum memilih (Rilis Survey Nasional Febuari 2012). Hasil survey ini setidak tidaknya memberikan gambaran kepada kita bahwa saat ini masyarakat sedang gamang dalam menentukan pilihannya.

Secara umum bisa disimpulkan seluruh paratai politik sedang mengalami degradasi elektabilitas.

Lantas bagaimana dengan 2014?  jika ingin masyarakat kembali memberikan suaranya maka setiap partai politik harus mampu mendongkrak kepercayaan masyarakat dengan menjalankan program-program nyata yang hasilnya langsung bisa dirasakan oleh mansyarakat luas bukan hanya program ceremonial belaka. dengan sendirinya di pemilu yang akan datang kita bisa melihat partai politik mana yang sukses dan tampil  sebagai pemenang.

Ivan Irifandi
Ketua Departemen Kaderisasi & Binsat
PD KAMMI Kepulauan Riau

Andria Gutama

Read Previous

Yahoo Voice dibobol, Ribuan Password disebar

Read Next

CSR b\’right PLN Batam, Beri Pelatihan PKK