Inilah Rahasia Kemenangan JOKOWI

Nasional, IsuKepri.com – Di balik pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang bertarung pada putaran pertama Pilkada DKI Jakarta terdapat banyak konsultan politik yang bergerak. Mereka berperan menganalisis dan memberikan rekomendasi tentang strategi politik apa yang harus dilakukan para kandidat. Mereka pula yang memoles citra para kandidat itu dengan segala media sosialisasi dan program yang disiapkan.

Namun, politik pencitraan itu justru nyaris bukan menjadi salah satu pekerjaan utama konsultan politik dalam mengerjakan kampanye Jokowi-Ahok. Hal ini diungkapkan Direktur Eksekutif Cyrus Network, Hasan Nasbi, Jumat (13/7/2012), saat dihubungi wartawan. Adapun, Cyrus Network merupakan salah satu konsultan politik yang dipakai oleh Jokowi-Ahok.

“Jokowi-Ahok itu prinsipnya adalah barang bagus. Barang bagus itu lebih mudah dijual,” ungkap Hasan. Hasan mengatakan, kekuatan utama kampanye Jokowi-Ahok ada pada sosok keduanya. Sisanya, baru adu strategi politik. “Tetapi, kalau strateginya sama canggih, tetapi kualitas barangnya lebih baik, maka barang yang lebih baik itu yang akan disukai,” ucap Hasan beranalogi.

Dia melanjutkan, ada beberapa indikator yang membuat sosok keduanya disebut memiliki kualitas mumpuni. Pertama, Jokowi-Ahok dikenal memiliki track record memimpin daerahnya masing-masing yang baik. Jokowi merupakan Walikota Solo, sementara Ahok pernah menjabat sebagai Bupati Belitung Timur. Kedua, Jokowi-Ahok, diakui Hasan memiliki jejak yang bersih sebagai birokrat dan politisi. Mereka tidak pernah terlibat kasus apa pun.

“Keduanya juga punya terobosan. Sulit mencari pemimpin yang bersih tapi punya terobosan juga, ini langka,” katanya.

Oleh karena itu, dengan sosok Jokowi-Ahok yang unik itu, Hasan mengatakan pihaknya tidak terlalu sulit membuat citra bagi keduanya. “Politik pencitraan itu bahkan sama sekali tidak ada. Karena mereka tampil apa adanya. Jokowi yang suka garuk-garuk kepala, Jokowi yang ketawa kalau tidak bisa menjawab, yah memang apa adanya mereka begitu,” imbuh Hasan.

Jokowi-Ahok juga memiliki naluri tersendiri untuk dekat dengan rakyat. Sehingga, hipotesa awal yang menyebutkan bahwa keduanya akan sulit menembus masyarakat kelas bawah yang dikuasai Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli justru terbantahkan.

“Jokowi itu dari awalnya memang nggak ada potongan jadi pejabat. Orang melihat dia sama seperti rakyat biasa. Dia lebih suka makan warteg dari pada restoran, lebih suka naik ojek saat macet ya memang demikian adanya. Kami tidak membuat-buat citra itu,” papar Hasan.

Selain itu, Hasan mengaku pihaknya juga merasa terbantu dengan adanya momentum di mana masyarakat sudah mulai muak dan antipati dengan Pilkada DKI yang tidak menawarkan perubahan.

“Tiba-tiba muncul nama Jokowi, masyarakat melihat ada perubahan itu. Kami terbantu dengan momentum frustasi masyarakat yang sedemikian kuatnya menghendaki perubahan,” imbuhnya.

Alhasil, Jokowi-Ahok pun berhasil menyodok posisi teratas peroleh suara, mengalahkan calon petahana Fauzi Bowo yang berduet dengan Nachrowi Ramli. Hasan menganggap bahwa seharusnya Jokowi-Ahok bisa menang satu putaran. Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan pihaknya pada awal Juli 2012. Namun, pencapaian peringkat teratas ini, diakui Hasan, tetap harus disyukuri.

“Jokowi-Ahok baru muncul 4 bulan yang lalu tapi bisa langsung bisa mendapat hasil ini, memang terbilang memuaskan,” pungkas Hasan.

Berdasarkan hasil hitung cepat Litbang Kompas, Pilkada DKI Jakarta dipastikan akan berlangsung dua putaran karena tidak ada calon yang berhasil meraih 50 persen+1 suara. Pada putaran pertama, dua pasangan calon yang lolos ke putaran berikutnya yakni Jokowi-Ahok dengan 42,59 persen suara dan Foke-Nara 34,32 persen suara. Perolehan suara selanjutnya diikuti Hidayat-Didik dengan 11,4 persen, Faisal-Biem 5,07 persen, Alex-Nono 4,74 persen, dan Hendardji-Riza 1,88 persen. (net)

suprapto

Read Previous

Tim Media Online Juara Turnamen Futsal PLN

Read Next

AC Milan Ingin Dzeko Sebagai Pengganti Ibrahimovic